STOP!!! Jangan Kebablasan Antar Anak Sekolah

Pemerintah baru saja meluncurkan program gerakan hari pertama antar anak sekolah. Gerakan tersebut sebenarnya gerakan yang sangat bagus, karena dapat dijadikan sebagai  pemicu interaksi antara anak, orang tua dan guru. Selain itu secara psikologis, anak juga akan merasa dipentingkan oleh orang tua, anak akan melihat bahwa orang tuanya bersedia mengorbankan waktunya untuk sekedar antar anak ke sekolah di hari pertama. Hal tersebut akan membuat anak juga akan berusaha mencapai yang terbaik di sekolah untuk dipersembahkan kepada orang tuanya. Namun ada beberapa orang tua yang kebablasan dalam mengartikan program tersebut, anak diantar ke sekolah dan ditunggui hingga jam sekolah berakhir, bukan hanya pada saat hari pertama sekolah saja, bahkan ada yang hingga berbulan-bulan bersekolah masih saja diantar dan ditunggui oleh orang tuanya. Hal tersebut biasanya terjadi pada anak yang baru masuk tingkat dasar atau kelas 1 SD.

Antar Anak
Ibu-Ibu mengantar anak ke sekolah

Efek Orang Tua yang Selalu Antar Anak dan Menungguinya di Sekolah

Orang tua yang over protektif dan kebablasan dalam menunggui anak ke sekolah (atau dalam kata lain terlalu memanjakan anaknya) sebenarnya kurang baik untuk perkembangan psikologis anaknya. Gerakan pemerintah antar anak yang seharusnya memiliki efek yang baik malah menjadi efek buruk bagi perkembangan psikologis si anak jika diartikan kebablasan. Berikut ini adalah efek psikologis anak yang akan timbul diakibatkan orang tua yang terlalu memanjakan anaknya:

Kurang Inisiatif

Setiap anak harus memiliki sifat inisiatif dan ditanamkan tanggung jawab bahwa sekolah adalah suatu aktivitas wajib yang harus dilakukan setiap hari. Jika anak selalu diantar dan ditunggui oleh orang tuanya, maka sifat inisiatif tersebut tidak akan muncul pada diri anak tersebut. Anak hanya mau ke sekolah jika diantar dan ditunggui oleh orang tuanya.

Tidak Mandiri

Efek lainnya adalah anak tidak memiliki sifat kemandirian, semua kegiatan dan kebutuhan anak tersebut harus selalu didampingi oleh orang tuanya. Pada saat orang tuanya tidak berada di sisinya, anak tersebut akan merasa sangat lemah merasa tidak mungkin dapat melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Tidak Bisa Mengambil Keputusan Sendiri

Anak yang selalu ditunggui oleh orang tuanya di sekolah akan kehilangan kepercayaan diri, sehingga akan sulit jika diminta untuk memutuskan sesuatu dari kata hatinya sendiri.

Kurang Kreatif

Karena anak selalu diawasi secara berlebihan baik di rumah maupun di sekolah, anak jadi kurang bisa mengeksplorasi ide-ide kreatifnya sendiri. Untuk menimbulkan kreatifitas anak, orang tua perlu memberikan waktu kepada anaknya untuk melakukan sesuatu sendirian tanpa didampingi orang tua.

Kurang Tanggung Jawab

Akibat ketergantungan yang tinggi terhadap orang tua, anak menjadi tidak memiliki rasa tanggung jawab. Anak akan terlena karena merasa aman, merasa segala sesuatu dapat teratasi karena orang tua selalu dekat dengannya. Anak menjadi tidak bertanggung jawab terhadap sekolah dan kemajuan dirinya

Anak Menjadi Sulit Bersosialisasi

Anak yang selalu diawasi oleh orang tuanya secara berlebihan baik di rumah maupun di sekolah juga akan sulit bersosialisasi dengan teman-temannya. Anak akan menjadi pemalu dan penakut. Anak tidak bisa melawan jika teman-temannya melakukan bullying terhadap dirinya. Anak yang selalu ditunggui di sekolah oleh orang tuanya, biasanya di-bully oleh teman-temannya dengan mengatakan “anak manja”

Untuk menghindari hal-hal di atas, anak perlu diberikan pengertian yang mendasar sebelum anak mulai bersekolah. Masa depan anak adalah tanggung jawab orang tua. Pembentukan psikologis dan kecerdasan emotional (Emotional Quotient) dibentuk dari bagaimana cara orang tua mendidik anak tersebut. Marilah kita sebagai orang tua, menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dan siap menghadapi kehidupan yang keras. (MM)

Comments